Besanku, Kekasihku [2]

Setelah istriku berangkat, tidak lama kemudian Pak Har dan istrinya muncul di kamarku serta menanyakan kondisiku.
“Paak…, kata ibu lagi sakit perut yaa…, ma’af…, mungkin ada makanan yang tidak cocok dengan perut bapak.., yaa”, kata Pak Har dengan penuh rasa khawatir sedang istrinya hanya diam saja di sampingnya.
“ooh…, bukan sakit peruut…, kok…, paak”, sahutku sambil kutinggikan bantalku sehingga posisi tidurku setengah duduk, “cuma…, masuk angin sedikit.., kayaknya.., sebentar lagi juga sembuh”, sahutku seraya kupandangi keduanya bergantian.
“Apa bapak biasa minum obat tolak angin…, biar saya ambilkan.. yaa”, kata Bu Har.
“aahh…, nggak usah lah buu…, tadi sudah dipijitin sedikit oleh istri saya…, biasanya sih dikerokin…, tetapi karena takut ke Mlg-nya kesiangan…, jadi kerokannya nggak jadi”, sahutku.
“Lho…, Paak.., kalau biasa kerokan…, biar istri saya saja yang ngerokin…, dia itu ahlinya…, saya kalau masuk angin paling cepat dikerokin lalu dipijitnya, langsung sembuh”, sahut Pak Har.
“Iyaa…, Buu.., tolong dikerokin saja dan setelah itu baru minum obat tolak angin.., soalnya kalau dibiarkan bisa kasep nanti, apalagi besok adalah acara resmi perkawinannya…, ayoo.. sana buu.., ambil alat kerokannya”, tambah Pak Har dan segera saja Bu Har pergi meninggalkan kamarku.

Tidak lama kemudian Bu Har mencul kembali dan dikedua tangannya telah membawa alat kerokan dan segelas air minum serta obat tolak angin dan sambil meletakkan barang bawaannya di meja, Bu Har mengatakan.
“Paakk…, lebih baik kaosnya dibuka saja”, katanya dan pak Har yang masih menemaniku di kamar terus menimpalinya.
“Betuul…, Paak…, ooh…, iyaa… buu”, kata Pak Har pada istrinya, “Saya tinggal dulu ya sebentar ke kantor KUA untuk menyelesaikan administrasinya buat besok dan mungkin ke beberapa teman yang undangannya belum kita berikan”.
“Jangan…, lama-lama lho.., paak.., masih banyak yang belum beres.., lhoo..”, sahut Bu Har sambil keluar pintu kamarku menghantar suaminya pergi.

Read More »

Besanku, Kekasihku [1]

Kejadian ini berlangsung beberapa bulan yang lalu, ketika anakku melangsungkan pesta pernikahannya di kota kecil Pr di Jawa Timur yaitu di tempat calon mertuanya bernama Pak Har (60 Thn) dan Bu Har (46 thn) yang masih menjadi kepala desa. Aku dan istriku sebetulnya tidak setuju kalau anakku yang baru saja lulus dari salah satu universitas di Jawa Tengah harus segera kawin dengan pacarnya yang sama-sama baru lulus. Rencanaku biar anakku dapat kerja yang mapan dahulu sebelum kawin, tetapi Pak Har dan Istrinya terus mendesak agar mereka berdua cepat-cepat di kawinkan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan Bu Har sudah ingin menimang cucu, katanya. Tetapi karena anakku setuju dengan permintaan keluarga yang perempuan, ya sebagai orang tua tidak bisa berbuat lain selain merestuinya.

Tiga hari sebelum hari pernikahannya, aku dan istriku sudah berada di kota Pr. dan disambut di rumahnya dengan hangat oleh calon besanku Pak Har dan Bu Har serta keluarganya. Aku dan istriku benar-benar dibuat surprise dan tidak terbayangkan sebelumnya, orang-orang yang ada di rumah itu begitu hormat kepada keluarga Pak Har dan yang lebih mengherankan lagi, rumahnya begitu besar dikelilingi tanaman buah-buahan dan ada pendoponya yang luas serta di salah satu sisinya ada seperangkat Gamelan Jawa. Bagaimana tidak heran, jabatan Pak Har hanyalah kepala desa yang tidak menerima gaji, tetapi hanya menerima tanah bengkok selama dia menjabat.

Yang membuatku lebih terpesona adalah Bu Har calon besanku perempuan, walaupun usianya sudah tidak muda lagi, tetapi dengan tubuh yang semampai tidak terlalu tinggi serta kain kebaya yang dipakainya serasi dengan warna kulitnya yang putih bersih dan kuperhatikan Bu Har terlihat sangat anggun, apalagi sisa-sisa kecantikan diwaktu mudanya masih terlihat, sehingga membuatku terpesona dan tidak ingin melepas memandangnya dan kadang-kadang aku harus mencuri-curi pandang, agar istriku tidak mengetahuinya apabila aku memandangnya soalnya kalau sampai ketahuan, bisa-bisa terjadi perang besar. Bu Har bukannya tidak tahu kalau sering kupandangi dengan penuh kekaguman dan ketika beberapa kali bertemu pandang, kuperhatikan dia selalu tersenyum sehingga terlihat giginya yang putih dan rata.

Read More »