Kamar yang sangat pribadi yang hanya boleh dimasuki oleh suami istri sah, saat ini aku menginjakkan kakiku di dalamnya. Gila, suasana kamarnya demikian romantis, ranjangnya dibungkus kelambu tipis seperti dalam film roman barat atau seperti kamar hotel bintang lima saja. Dindingnya penuh wallpaper bernuasa lembut dan romantis. Kasurnya sangat empuk dan ‘mentul-mentul’.
Kuletakkan tubuhnya dengan lembut di ranjang, tapi lengannya tak mau lepas dari pundakku. Ditariknya aku mendekat dan diciumnya mataku dengan manja. Aku elus lembut betisnya, perlahan naik kepahanya dan aku stop sampai disitu dulu, memberi kesempatan dia melepas lelahnya. Dia nampaknya tidak setuju dan dia mengelus batang kemaluanku sambil tidur memandangku. Spontan penisku tegang. Dielusnya lembut naik turun penisku,nikmat sekali rasanya mendapatkan sentuhan seorang istri kesepian yang haus kenikmatan birahi. Matanya sayu menatapku dengan wajah meminta dilanjutkan di ranjangnya.
“Rob, kapan kamu keluarinnya. Sini aku hisap mau..?”, pintanya memelas.
Batinku, ‘Siapa yang ngga pingin? Tapi ntar dulu bidadariku. Aku akan bikin kamu bergetar lebih hebat dalam ronde ketiga, sampai habis cairan nikmatmu nanti’.
Karena elusan lembut tangannya pada buah zakarku, aku mengelinjang dan jujur saja nafsuku naik demikian hebat. Mataku sudah gelap, ingin segera kutembakkan penisku ke liang memeknya. Tapi alam sadarku masih main, aku bertekad bikin Henny benar-benar terkapar dan mencari kenikmatan terus dariku.
Read More »