Pagar Makan Tanaman [4]

Kamar yang sangat pribadi yang hanya boleh dimasuki oleh suami istri sah, saat ini aku menginjakkan kakiku di dalamnya. Gila, suasana kamarnya demikian romantis, ranjangnya dibungkus kelambu tipis seperti dalam film roman barat atau seperti kamar hotel bintang lima saja. Dindingnya penuh wallpaper bernuasa lembut dan romantis. Kasurnya sangat empuk dan ‘mentul-mentul’.

Kuletakkan tubuhnya dengan lembut di ranjang, tapi lengannya tak mau lepas dari pundakku. Ditariknya aku mendekat dan diciumnya mataku dengan manja. Aku elus lembut betisnya, perlahan naik kepahanya dan aku stop sampai disitu dulu, memberi kesempatan dia melepas lelahnya. Dia nampaknya tidak setuju dan dia mengelus batang kemaluanku sambil tidur memandangku. Spontan penisku tegang. Dielusnya lembut naik turun penisku,nikmat sekali rasanya mendapatkan sentuhan seorang istri kesepian yang haus kenikmatan birahi. Matanya sayu menatapku dengan wajah meminta dilanjutkan di ranjangnya.
“Rob, kapan kamu keluarinnya. Sini aku hisap mau..?”, pintanya memelas.
Batinku, ‘Siapa yang ngga pingin? Tapi ntar dulu bidadariku. Aku akan bikin kamu bergetar lebih hebat dalam ronde ketiga, sampai habis cairan nikmatmu nanti’.
Karena elusan lembut tangannya pada buah zakarku, aku mengelinjang dan jujur saja nafsuku naik demikian hebat. Mataku sudah gelap, ingin segera kutembakkan penisku ke liang memeknya. Tapi alam sadarku masih main, aku bertekad bikin Henny benar-benar terkapar dan mencari kenikmatan terus dariku.
Read More »

Pagar Makan Tanaman [3]

“Hayo.. sayang, ayo.., sentuhlah pusat kenikmatanku. Henny butuhkan saat ini, ay.. ayo.. ayoo.. Rob. Kejam kamu Rob, kejam kamu, aku mau puncak Rob!”, teriaknya keras sekali sambil pantatnya terangkat tinggi bertumpu pada kakinya.
“Iya bidadariku.., tunggu saatnya tiba, aku tahu kapan saat kenikmatanmu akan tiba, aku akan buat bidadariku terbang ke Surga kembali, melayang diawan-awan, ayo Hen.. rasakan.. rasakan yach.., terus.. nikmati aja”, celotehku tak karuan lagi sambil tetap memujanya.
Pantatnya terus diangkat beberapa kali sambil menggelepar-gelepar, rambutku dijambak, didorong minta pusat kewanitaannya segera aku sentuh. Aku tetap mendiamkannya, aku buat dia tersiksa dan ciuman bibirku kupindahkan ke puting kirinya dan “secepat kilat”, jari tengah kananku menyetuh bibir kemaluannya. Makin menggeleparlah dia dan terasa sudah sangat becek oleh cairan kewanitaannya. Aku gosok-gosok lembut antara bibir kemaluannya sampai ke bawah mendekati anusnya. Saat jariku menyentuh bagian bawah dekat anus, Henny berteriak keras sambil memukul kepalaku.
“Robby.. Robby.., jangan siksa aku,ayoo.. lakukan untukku Say..”, pintanya.
Secara pelan aku gosok 3-4 kali, mendadak seluruh tubuhnya mengejang, pantat diangkat tinggi sekali, berteriak histeris dan pundakku dicengkeram dengan kuat dan sampai tergores oleh kukunya. Saat itu menyemprotlah cairan kewanitaannya sangat banyak. Semprotannya seperti pria sedang buang air seninya, sampai mengenai seprei putih di kasurnya. Inilah orgasme pertama yang diterimanya dariku.
Read More »

Pagar Makan Tanaman [2]

Setelah aku tunggu cukup lama sekitar 20 menit,Henny keluar dari balik pintu kamarnya dengan “daster tipis tembus pandang” warna pink.Daster yang menurut aku hanya layak digunakan di kamar tidur bersama suami tercinta. Apalagi dasternya model tali kecil di pundak, dengan potongan di dadanya sangat rendah, sehingga jelas nampak olehku dadanya yang putih mulus dengan belahan bukit kembarnya yang aduhai.. seperti buah sedang ranum-ranumnya. Gila benar Henny ini, pikirku. Karena sinar lampu kamarnya yang sangat terang sedangkan diruang tamu cukup redup, maka di balik dasternya terlihat belahan pahanya yang mulus sampai ke pangkalnya. Di balik daster tipisnya,terlihat BH dan CD mininya berwarna “merah anggur”, kombinasi warna yang sangat serasi dan nampaknya Henny ini sukanya warna-warna pastel dan pintar mengkombinasikan warna. Pikirku, di ranjangpun pasti suaminya puas, pasti Henny juga pintar mengkombinasikan gerakan-gerakan ataupun variasi sex yang bikin pria melayang-layang bagaikan di langit ke tujuh.

Read More »

Pagar Makan Tanaman [1]

Namaku Robby. 10 tahun yang lalu, aku punya kisah nyata yang sangat asyik dan sayang untuk tidak aku bagikan pada rekan netter Ceritapanas.com. Pengalamanku memuaskan istri teman yang sedang birahi berat namun tidak mendapatkannya dari sang suami, sangat membekas dalam kehidupanku, sehingga karena pengalaman ini pula yang membuat aku sampai kini sering sulit untuk menolak beberapa istri kesepian yang membutuhkan pemuasan birahi. Seperti netter ketahui (yang sudah berpengalaman RT), bila istri sudah birahi dan tidak mendapatkan pemuasan yang maksimal, banyak efek samping yang akan timbul, seringkali keluhan nyeri kepala, mual dan gangguan emosional selalu menyertainya.

Aku hidup dan berbisnis di kota D dengan pulaunya yang sangat terkenal di mancanegara, juga dengan pantai K nya yang indah, tempat wisatawan menjemur diri. Aku bergerak dibidang farmasi. Aku punya teman dekat, baik secara persahabatan maupun dalam bisnis. Namanya Har (samaran) dan istrinya cantik, anggun, usianya sekitar 25 thn, biasa dipanggil Henny. Hubungan bisnisku dengan Har dan istrinya berjalan sinergis, karena Har dan Henny bergerak dibidang Alat Kesehatan (Alkes). Aku sering membawa klien / konsumen pada mereka, demikian juga aku sering mendapatkan orderan dari mereka. Setiap Har memberikan orderan sales untukku, Henny selalu menambahkan orderan tersebut, sehingga menguntungkan aku secara value. Hal ini menambah rasa respekku pada Henny, karena dia selalu memperhatikan dan membantu salesku kalau sedang jelek, tanpa sang suami mengeluhkannya.

Berjalannya waktu, sekitar 1,5 tahun sejak aku kenal mereka, bisnis kami berdua sukses dan Har mengembangkan usahanya sampai keluar kota, bahkan keluar pulau. Seringkali kalau Har pergi cukup lama, dia selalu menitipkan istri dan anaknya padaku untuk aku perhatikan segala sesuatunya. Karena kedekatanku sudah seperti keluarga sendiri, setiap pesan Har selalu aku perhatikan. Aku akui, bahwa Har sungguh berbahagia memiliki istri yang boleh aku katakan mendekati sempurna, dengan tinggi 167 cm, berat sekitar 49 kg, kulitnya putih mulus, penampilannya lemah lembut dengan sedikit kemanjaan dan di pipinya tak ketinggalan dengan lesung pipitnya. Kesanku bahwa kedua insan ini nampak rukun, damai, karena setiap aku berkunjung ke tempatnya, tak pernah sekalipun sang suami tidak didampingi istrinya dan setiap kali istrinya selalu tidak pernah jauh duduk disebelah suaminya sambil salah satu tangannya menggelayut dipundak sang suami, mesra sekali nampaknya. aku jadi iri dibuatnya.

Read More »